Kamis, 06 Juni 2013

protozoa



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Umumnya  dalam satu sel terdapat satu inti, tetapi dari beberapa spesies secara generative berkunjugasi karena individu jantan dan betina belum jelas perbedaannya. Sesuai dengan sifat sel binatang, umumnya protozoa berdinding selaput plasma tipis. Bentuk tubuh protozoa selalu berubah-ubah ada juga yang tetap bentuk bola atau panjang dengan atau tidak dengan suatu flagel atau silia.
Protozoa hidup pada habitat yang memungkinkan hewan itu hidup, dan hubungan hewan itu dengan alam sekitarnya. Protozoa secara mutlak memerlukan lingkungan basah, misalnya dalam air baik air tawar maupun air bergaram atau dalam tanah yang basah sampai kedalaman kurang lebih 20 cm, dalam tubuh manusia atau hewan tingkat tinggi lainya yang bercairan, atau diemua tempat dimana saja, bila keadaan menjadi kering, maka ia akan membentuk cyste (kristal).
Protozoa yang berflagel mengandung khlorophil dapat memfiksasi dan menyimpan energy dari matahari dalam bentuk bahan makanan. Namun, sebagian besar protozoa merupakan konsumen bahan makanan dari makhluk lain, baik sebagai konsumen primer maupun konsumen sekunder pada hewan herbivore atau karnivora. Protozoa yang hidup bebas dalam air sebagian akan membentuk plankton (phytoplankton) misalnya phitomastigophorea.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Protozoa itu ?
2.      Adakah peranan Protozoa bagi kehidupan manusia ?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui hal-hal mengenai Protozoa.
2.      Mengetahui peranan protozoa bagi kehidupan manusia.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protozoa merupakan sekelompok makhluk yang bersel tunggal, yang heterogen, meliputi kurang dari 50.000 species. Ribuan species telah berhasil dideskripsikan sebagai makhluk yang hidup dan sebagian lainnya hidup secara parasit pada hewan lain, terutama hewan tinngkat tinggi. Jumlah hewan protozoa dalam suatu tempat sering sangat menakjubkan, misalnya dalam suatu kolam dapat mencapai jutaan hewan, bahkan milyaran.
Protozoa hidup pada semua habitat yang memungkinkan hewan ini untuk hidup, dan hubungan hewan itu dengan alam sekitarnya. Protozoa secara mutlak memerlukan lingkungan yang basah, misalnya dalam air, baik air tawar maupun air bergaram atau dalam tanah yang kedalamannnya mencapai kurang lebih 20 cm, dalam tubuh manusia atau hewan tingkat tinggi lainnya yang bercairan, atau disemua tempat di mana saja. Tiap-tiap spesies mempunyai peranan dalam struktur trophik (makanan), atau siklus energy. Beberapa protozoa berflagella yang mengandung khlorophil dapat memfiksasi dan menyimpan energy dari matahari dalam bentuk bahan makanan. Tetapi sebagian besar protozoa adalah konsumen bahan makanan dari makhluk lain,  baik sebagai konsumen primer maupun konsumen sekunder pada hewan herbivore atau karnivora. Protozoa yang hidup bebas dalam air sebagian akan membentuk plankton (Phytoplankton) misalnya phitomastighore.
Ratusan spesies Protozoa tanah telah dicatat dan sebagian besar berupa Flagellate kecil, Amoeba bercangkang, Amoeba tanpa cangkang dan Ciliate. Beberapa genera dari Flagellate yang umum adalah: Cercomonas, Oikomonas, Heteromita dan Sporomonas, sedang dari Sarcodina adalah: Naegleria, Hartmanella, Amoeba dan Diffugia; dan dari Ciliate adalah: Enchelys, Colpidium, Colpoda dan Gonostonum. Jumlah Protozoa yang terdapat dalam suatu daerah pada kedalaman tanah tergantung materi organic yang ada. Culter melaporkan 10 contoh tanah dari 5 plot tanah yang berkali-kali diulang selama 1 tahun diketemukan 1960 Amoeba, 7460 Flagellata dan 15 Ciliata tiap gram tanah.
Protozoa umumnya mempunyai bentuk yang bermacam-macam, ada yang tidak tetap dan ada yang tetap. Yang terakhir itu disebabkan telah memiliki pelliculus (kulit) dan beberapa mempunyai cangkang kapur, berflagella, bersilia dan berspora.















       BAB III
PEMBAHASAN
I.       Pengertian  Protozoa
Protozoa termasuk mikrorganisme uniseluler eukariotik,  besarnya antara 3  mikron sampai 100 mikron. Pada umumnya protozoa bersel satu terhadap satu inti, tetapi dari beberapa spesies secara generative berkonjungsi karena individu jantan dan betina belum jelas perbedaannya. Sesuai dengan sifat sel binatang, umumnya Protozoa berdinding selaput plasma tipis. Bentuk tubuh Protozoa ada yang selalu berubah-ubah ada juga yang tetap bentuk bola atau bulat panjang dengan atau tidak dengan suatu flagel atau silia.
Protozoa mempunyai bagian ektoplasma (bagian luar) yang dapat menghasilkan dinding sl berupa pedicula (selaput sel), endoplasma (bagian dalam) yang merupakan tempat organela-organela sel, diantaranya sitoplasma, nucleus, vakuola dan mitochondria.
Sitoplasma Protozoa sebagian besar tidak berwarna, tetapi beberapa spesies kecil, misalnya Stentor coereleus berwarna biru, dan Blepharusma lateritia berwarna merah atau merah muda. Dua bagian sitoplasma biasanya dibedakan atas bagian pinggiran yang disebut Ectoplasma dan bagian sentral yang lebih padat dan bergranula disebut Endoplasma.
Nucleus Protozoa umumnya hanya sebuah, tetapi ada juga yang lebih, misalnya Arcella vulgaris atau Opalina ranarum. Ciliat secara umum mempnyai dua tipe nukleid dan cirri nucleus umumnya bulat, tetapi ada juga yang oval, misalnya pada Paramaecium.
Mitochondria terdapat dalam Protozoa pada bagian yang melakukan pernapasan secara aerobic. Pada sebagian besar mitochondria mempunyai tubulus pada bagian dalamnya. Mitochondria erat hubungannya dengan penggunnaan energy untuk alat gerak vakuola kontraktil.
Pada umumnya Protozoa paling sedikit terbungkus oleh membrane yang mempunyai sedikit granula seluas permukaannya. Membrane memegang peranan dalam system pengangkutan enzim sehingga menimbulkan metabolism yang efisien. Pada sebagaian besar species membrane itu telah dilapisi oleh lapisan lain, sehingga terbentuk kulit (pellicius) yang tegar, sehingga Protozoa yang bersangkutan mempunyai bentuk tetap.

1.      Klasifikasi Protozoa
Protozoa diklasifikasikan berdasarkan alat geraknya menjadi empat kelas, yaitu:
a.       Kelas Rhizopoda / Sarcodina
(Rhiza=akar, pous=kaki, sarcodes=gumpalan, sarx daging)
Protoplasma Rhizopoda dapat menjadi kaki semu (pseudopodia; pseudo=semu, pous=kaki) untuk bergerak dengan gerakan amoeboid. Hidup di air tawar , di laut dan parasit pada binatang lain / manusia.berkembang biak secara vegetative dengan membelah diri.
Contoh representative : Amoeba proteus (a=tidak, moeba=bentuk)
Gambar : struktur sel Amoeba proteus

Amoeba proteus merupakan hewan bersel tunggal dengan ukuran panjang 0.25 mm, transparan, tidak dapat dilihat dengn mata telanjang, tetapi harus  menggunakan mikroskop, tidak mempunyai bentuk tertentu, tampak putih kebiru-biruan.
Amoeba proteus terdapat dalam air tawar baik pada air yang menggenang maupun yang mengalir. Tubuh Amoeba dibedakan atas dua bagian sitoplasma yaitu Ectoplasma, yang terletak sebelah luar tampak bening bila dibandingkan dengan pusat yang lebih keruh dan bergranula yang disebut Endoplasma. Sebuah kantung yang bulat tampak dekat akhir tubuh yang tampak lenyap secara periodic dan disebut vakuola kontraktil.
Ditengah Endoplasma tampak nucleus dan satu atau lebih kantung yang disebut vakuola makanan. Vakuola kontraktil berfungsi menampung zat sisa hasil metabolism yang tidak berguna dibuang melalui permukaan membrane tubuh, sedang vakuola makanan berfungsi mencerna makanan yang telah berada didalam dan dengan enzim makanan itu menjadi bagian-bagian yang sederhana yang selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh.
Amoeba proteus mempunyai rongga berdenyut yang berfungsi sebagai alat pengeluaran cairan supaya nilai osmosis isi sel terpelihara (gel berkadar air rendah, sol berkadar air tinggi). Bila dari Amoeba di ambil intinya, akan segera mati tetapi bila diambil protoplasmanya akan membentuk protoplasma baru. Amoeba memakan bakteri, Alga bersel satu dan makhluk hidup yang bersel satu lainnya. Amoeba berkembang biak secara vegetative membelah diri didahului dengan pembelahan intinya. Amoeba mengambil oksigen untuk pernapasan dan mengeluarkan karbondioksida melalui selaput plasma.
b.      Kelas Flagellata / Mastigophora
Bentuk tubuh lebih tetap tanpa rangka luar, tubuhnya dilindungi oleh suatu selapu yang fleksibel yang disebut pellicle, di sebelah luarnya terdapat selaput plasma. Alat geraknya berupa bulu cambuk (flagrum=mastix). Hidup diair tawar, dilaut atau parasit pada organism lain / manusia. Pembiakan secara vegetative dengan membelah diri.
Contoh representative: Euglena viridis
Gambar : struktur sel Euglena viridis
Euglena viridis dapat dijumpai pada kolam dan sering tampak pada preparat Amoeba. Walaupun hewan ini tidak nampak dengan jelas dengan mata bugil, tapi bila berkumpul bersama-sama sebagai massa atau berkelompok akan nampak berwarna hijau. Warna hijau Euglena disebabkan adanya benda-benda melayang (suspensi) dalam protoplasma yang dikenal sebagi chromatophora. Badan tersebut terdiri atas kumpulan granula-granula yang terletak dalam tengah badan berisi Chlorophyl, yang berfungsi untuk fotosintesis hingga menghasilkan zat makanan.
Euglena adalah hewan bersel satu, bentuk tubuhnya dempak / tumpul dibagian depan dan runcing dibagian belakang. Di dalam protoplasma terdapat nucleus, chloroplast dengan pyrenoid dan dibagian depan terdapat bintik (stigma) yang berwarna merah serta rongga berdenyut. Bintik mata berfungsi untuk mengarahkan organism kearah cahaya yang intensitasnya sedang.
Euglena bergerak membelit dengan jalan mengubah bentuk tubuh dari bentuk pendek berubah menjadi panjang dan langsing.hal ini menunjukkan bahwa Euglena mempunyai elastisitas. Euglena berenang dalam air melalui lintasan spiral. Jika terdapat suatu rangsangan misalnya sinar, Euglena akan berhenti atau berbalik dengan cepat memutar diri melewati arah dorsal dengan tetap berputar pada sumbunya, selanjutnya bergerak seperti semula.
Euglena berkembang biak dengan jalan membelah diri secara longitudinal. Pembelahan diri itu dimulai dengan pembelahan nucleus lalu disusul seluruh tubuh. Berdasarkan penelitian setiap bagian tubuh dibagi menjadi dua, secara teliti.
c.       Kelas Ciliata / Infusoria (Cilium=kelopak mata)
Contoh: Paramecium caudatum (holotricha)
Gambar: struktur sel Paramecium caudatum
Hidup di air tawar yang banyak mengandung bakteri atau zat-zat organic. Bentuknya seperti sandal (cenela), ada bagian yang dempak disebelah depan dan meruncing dibagian belakang. Padanya terdapat banyak silia untuk alat gerak dengan cara bergetar. Terdapat trichocyst, mulut, rongga makanan dan rongga berdenyut, makronukleus, mikronukleus dan sel dubur.
Berkembangbiak secara vegetative membelah diri secar transversal dimulai dengan membelah makronukleus yang diikuti oleh itoplasmanya , membelah diri dapat terjadi kurang lebih tiap 24 jam. Kemudian terjadilah perkembang biakan secara generative secara konyugasi.
Respirasi dan eksresi terjadi melalui permukaan tubuhnya (selaput plasma). Tubuhnya dilindungi oleh pellicle, di bawah pellicle terdapat trichocyst yang akan dikeluarkan jika dirangsang. Trichocyst ini berfungsi juga sebagai alat perlindungan jika diserang oleh musuh.
Sekalipun umumnya Ciliata hidup di air tawar tetapi juga ada yang hidup di tempat lain, misalnya didalam usus tebal manusia yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan gangguan perut, contoh Balantidium coli
d.      Kelas Sporozoa
(Sporo=benih,spora,zoion=binatang) Tidak memiliki alat gerak.
Secara praktis sporozoa adalah parasit. Tubuh sederhana berbentuk bulat panjang dengan sebuah nucleus. Tak mempunyai alat gerak dan tak mempunyai vakuola kontraktil. Beberapa species bergerak dengan mengubah bentuk sel. Makanan masuk kedalam tubuh diserap dari hospes secara saprozoik. Respirasi dan ekskresi dilakukan dengan cara difusi. Sebagai sporozoa memperbanyak diri secara aseksual dan sering disebut Schizogony.
Contoh representative : Plasmodium sp.
Gambar: siklus hidup Plasmodium. sp
Plasmodium berkembang biak secara vegetative di dalam tubuh manusia dan generative di dalam tubuh nyamuk. Di dalam tubuh nyamuk, gemetosit yang terisap nyamuk akan berubah jadi mikro dan makrogamet.
Mikrogamet (gametosit jantan) bentuk kecil memanjang dengan makrogamet (gametosit betina) bentuk bulat. Perkawinan antara mikro dan makrogamet menghasilkan suatu zygot. Zygot membentuk ookinet didalam dinding usus nyamuk, inti ookinet membelah menjadi banyak bagian (sporogoni), kemudian masing-masing bagian dengan protoplasmanya menjadi sporozoit-sporozoit. Sporozoit kemudian meninggalkan gelembung dan menyebar di dalam alat pencernaan dan sampai di kelenjar ludah nyamuk. Bila nyamuk menusuk/ menggigit manusia, sporozoit akan masuk kedalam tubuh manusia. Di dalam ubuh manusia sporozoit akan menyerang sel hati (siklus eksoerytrositik) kemudian menyerang erytrosit (siklus erotrositik) (schizogony), selanjutnya membiak secara vegetative menjadi merozoit yang disebut sporulasi. Pada sporulasi, satu nucleus (inti) membelah berulang-ulang dan tiap-tiap Inti yang terjadi diikuti bagian-bagian sitoplasma. Merozoit menyerang sel-sel darah merah baru dan berulanglah pembiakan secara vegetative lagi .  Setelah pembiakan vegetative terjadi berulang-ulang, diantara merozoit-merozoit yang telah ada di dalam sel-sel darah merah itu ada yang berubah menjadi gametosit (sel kelamin) yang dapat terisap oleh nyamuk bila menggigit penderita, kemudian berubah menjadi mikrogamet dan makroganet seperti yang telah dijelaskan di atas.

II. Peranan Protozoa
Peran Protozoa dalam kehidupan beberapa Protozoa dapat memberi manfaat pada kehidupan manusia dan Protozoa memiliki bahaya
a.   Manfaat Protozoa
1.        Sebagai bahan dasar pembuatan alat gosok. Endapan cangkang radiolaria didasar perairan akan membentuk tanah radiolarian tanah tersebut mengandung zat kersik dan dapat digunakan sebagai bahan penggosok.
2.        Sebagai indicator minyak bumi. Endapan kerangka tubuh Globigerina didasar perairan akan membentuk tanah globigerina. Endapan tersebut biasa digunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi.
3.        Membantu proses pembusukan sisa makanan. Membantu prosespembusukan sisa-sisa makanan pada manusia. Misal, Entamoeba Coli.a)
b.      Bahaya Protozoa
1.        Entamoeba hitolytica; hidup didalam usus halus manusia, penyebabpenyakit disentri.
2.        Entamoeba gingivalis; hidup dirongga mulut, penyebab penyakitgingivitis.
3.        Balantidium coli; hidup didalam usus tebal (Kolon) manusia, penyebabpenyakit diare (Balontidiosis).
4.        Trypanosoma gambiense dan Tryponosoma rhodesiense, penyebab penyakit tidur pada manusia. Hospes perantaranya adalah lalat tsetse (Glossina palpalis dan Glossina morsitans)















BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Protozoa termasuk mikrorganisme uniseluler eukariotik,  besarnya antara 3  mikron sampai 100 mikron. Pada umumnya protozoa bersel satu terhadap satu inti, tetapi dari beberapa spesies secara generative berkonjungsi karena individu jantan dan betina belum jelas perbedaannya. Sesuai dengan sifat sel binatang, umumnya Protozoa berdinding selaput plasma tipis. Bentuk tubuh Protozoa ada yang selalu berubah-ubah ada juga yang tetap bentuk bola atau bulat panjang dengan atau tidak dengan suatu flagel atau silia.
2.      Protozoa mempunyai bagian ektoplasma (bagian luar) yang dapat menghasilkan dinding sl berupa pedicula (selaput sel), endoplasma (bagian dalam) yang merupakan tempat organela-organela sel, diantaranya sitoplasma, nucleus, vakuola dan mitochondria.
3.      Berdasarkan alat geraknya Protozoa dibedakan ke dalam 4 kelas, yaitu:
a.       Kelas Rhizopoda / Sarcodina
b.      Kelas Mastigophora / Flagellata
c.       Kelas Cilliata
d.      Kelas Sporozoa
4.      Beberapa Protozoa dapat memberi manfaat pada kehidupan manusia dan Protozoa memiliki bahaya bagi kehidupan manusia.

B.     Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar lebih banyak mencari literature terkait dengan pembahasan makalah kami ini, yaitu membahas tentang Zoologi Invertebrata “ Protozoa”

porifera



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Ahli Botani masa lalu, mengelompokkan spons (porifera) ke dalam Kerajaan Plantae karena bentuknya yang bercabang-cabang dan tidak mampu bergerak secara nyata. Spons baru dikelompokkan ke dalam Kingdom Animalia pada tahun 1765, setelah dilakukan penelitian dan pengamatan arus air melalui oskulumnya yang bergerak.
Anggota Filum Porifera disebut dengan sebutan spons. Spons merupakan hewan air yang umumnya hidup di perairan laut dangkal yang bebas polusi. Di dunia, terdapat sekitar 10.000 spesies spons, dan hanya 100 spesies saja yang hidup di perairantawar. Spons dewasa bersifat sesil, hidup menempel pada batu, cangkang kerang, dan permukaan keras lainnya.
Setelah sub Kingdom Protozoa sebagai hewan berseltunggal atau uniseluler, maka hewan – hewan berikutnya tersusun atas banyak sel, maka disebut metazoa. Pada tahap permulaan metazoa hanya sekedar sekelompok sel yang masih cenderung bekerja sendiri – sendiri, baru kemudian pada tahap berikutnya merupakan kesatuan.
Kesatuan itu berkembang menjadi  jaringan -  jaringan dan beberapa macam jaringan membentuk organ. Dalam pembahasan akan dikaji secara berturut – turut dari bentuk yang paling sederhana ke bentuk yang kompleks.
Tubuh porifera masih diorganisasi pada  tingkat seluler , artinya tersusun atas sel – sel yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antar sel satu dengan sel lainnya. Untuk mengetahui lebih banyak tentang porifera akan dibahas lebih lanjut.




B.     Rumusan Masalah.
1.      Apa pengertian porifera ?
2.      Bagaimana habitat porifera ?
3.      Bagaimana cirri-ciri morfologi porifera ?
4.      Bagaimana cirri-ciri fisiologi porifera ?
5.      Bagaimana reproduksi porifera ?
6.      Bagaimana pengaruh porifera terhadap lingkungan ?
7.      Bagaimana klasifikasi porifera ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian porifera.
2.      Mengetahui habitat porifera.
3.      Mengetahui cirri-ciri morfologi porifera.
4.      Mengetahui cirri-ciri fisiologi porifera.
5.      Mengetahui reproduksi porifera.
6.      Mengetahui pengaruh porifera terhadap lingkungan.
7.      Mengetahui klasifikasi porifera.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Porifera berasal dari bahasa latin, porus yang berarti tulang, dan perre yang berarti membawa atau  mempunyai. Porifera adalah salah satu contoh avertebrata. Berdasarkan asal katanya, porifera ini merupakan kelompok hewan yang mempunyai pori. Hewan porifera merupakan hewan multiselular yang paling sederhana. Tubuh porifera terdiri dari dua lapisan sel (diploblastic). Hewan porifera merupakan hewan sessile (hidup melekat pada subrat). Porifera memeliki ukuran bervariasi , yaitu berkisar dari 1 cm -2 m. hewan sederhana ini selama hidupnya menetap dikarang atau permukaan  benda keras lainnya didasar air. Hewan ini tidak mempunyai alat gerak. Bentuk tubuh porifera menyerupai vas bunga atau piala yang melekat pada dasar perairan. Pada epidermis terdapat lubang – lubang kecil yang disebut ostium, merupakan  saluran yang berhubungan dengan rongga tubuh. Lapisan dalam tersusun atas sel-sel berflagel yang disebut koanosit yang bertugas untuk mencerna makanan. Diantara epidermis dan endodermis terdapat lapisan tengah berupa bahan gelatin yang disebiut mesoglea atau  mesenkin. Didalam mesoglea terdapat beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel skleroblas, dan sel arkeosit. Sel amobosit atau amuboit yang berfungsi untuk mengedarkan makanan yang dicerna didalam koanosit. Sel skleroblas berfungsi untuk membentuk duri (spikula) dan spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat atau silikat, sedangkan sponging tersusun dari serabut-serabut sponging  yang  lunak dan  berongga seperti spons. Sel arkeosit berfungsi sebagai sel reproduktif, yaitu membentuk tugas, gamet, dan regenerasi.
Porifera tidak mempunyai saluran pencernaan. Makanan porifera berupa bahan – bahan organic dan organisme  kecil yang masuk bersama air melalui pori-pori tubunya. Makanan ditangkap oleh flagella pada koanosit dan kemudian dicerna secara  intra selular. Zat makanan diedarkan oleh sel-sel amobosit ke sel-sel lainnya, sedangkan sisany dikeluarkan melalui oskulum bersama sirkulasi air. Porifera berkembangbiak secara seksual dan aseksual.


















BAB III
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Porifera
Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler, artinya tersusun atas sel – sel yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antara sel satu dengan sel lainnya. Kata “Porifera” berasal dari kata Latin, pori = lubang – lubang kecil + faro = mengandung,membawa. Kata tersebut menunjukkan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu : memiliki banyak lubang – lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut: Hewan berpori – pori . Bila dibandingkan dengan susunan tubuh protozoa maka susunan tubuh porifera adalah lebih kompleks. Sebab tubuhnya tidak lagi terdiri atas sel, tetapi telah tersusun atas banyak sel. Oleh karena itu beberapa ahli memasukkan Porifaera dalam kelompok hewan metazoan, walaupun dalam tingkat rendah.
Porifera merupakan filum antara Protozoa dan Coelenterata. Kesukaran dalam menghubungkan dengan Metazoa sebenarnya adalah pada sejarah embrional yang khusus. Atas dasar itulah Porifera digolongkan dalam kelompok Parazoa (para = disamping) atau hewan sampingan. Porifera mempunyai  ciri – ciri khusus : (1) Tubuh memiliki banyak pori, yang merupakan awal dari system kanal saluran air yang menghubungkan daerah eksternal; (2) Tubuh tidak dilengkapi dengan  apendiks dan bagian yang dapat digerakkan; (3) Belum memiliki system saluran pencernaan makanan. Sistem pencernaanya berlangsung secara intraseluler. Tubuhnya memiliki penyokong tubuh yang tersusun atas bentuk Kristal dan spikula – spikula atau bahan serabut yang terbuat dari bahan organic.


2.      Habitat dan Cara Hidup Porifera
Pada umumnya phylum Porifera hidup di air laut, yaitu tersebar atau terbentang dari sejak daerah perairan pantai (tide) yang dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km. Familia yang hidup di air tawar biasanya termasuk pada Familia Spongilliade. Fase dewasa bersifat sesil, artinya menetap pada suatu obyek yang keras yang dipakai sebagai tambatan, misalnya batu – batuan, kayu – kayu yang tenggelam di dalam air dan ada juga yang melekat pada cangkok hewan – hewan mollusca. Antara bagian tubuh utamanya dengan tambatan dihubungkan oleh tangkai atau padenkula yang dibagian  proksimal mengadakan pelebaran sebagai bentuk cakram atau bentuk yang menyerupai akar. Bentuk tubuh sangat bervariasi, yaitu ada yang menyerupai kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta, terompet dan lainnya; hewan porifera sebagian besar membentuk koloni yang sering tampak tidak teratur, sehingga tampak seperti tumbuhan. Warna tubuh Porifera bermacam – macam, misalnya berwarna kelabu, kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, cokelat, jingga, hijau dan lain – lainnya. Warna tubuh sering berubah, tergantung tempat sinar. Warna – warna itu diperkuat atau diperlemah warna lain, karena di dalam tubuhnya mengandung ganggang yang memiliki warna juga. Ganggang ini rupanya mengadakan simbiosis dengan Porifera.

3.      Morfologi Porifera
Cirri-ciri morfologi porifera antara lain :
1.      Tubuh umumnya berwarna terang, hijau, kuning jingga, merah dan ungu, jaringan berwarna gelap.
2.      Tubuhnya tersusun atas banyak sel (multisellular)
3.      Tubuh terbentuk agak silinder atau menyerupai vas bunga.
4.      Tubuh bagian luar berpori-pori yang berhubungan dengan suatu ruangan disebelah dalam yang disebut spongocoel.
5.      Tubuh didukung oleh spikula dari kalsium karbonat atau silikat, protein sponging fiber atau kombinasi dari dua yang terakhir.
6.      Tidak ada mulut ataupun alat pencernaan makanan. Pencernaan makanan berlangsung dengan cara intraseluller.
7.      Tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
8.      Berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau  tumbuhan.

4.    Fisiologi Porifera
Fisiologi Porifera meliputi fungsi aliran air, digesti/pencernaan, pernafasan, ekskresi, reproduksi)
Bila dipandang begitu saja porifera ini terlihat seperti benda mati saja yang diam tanpa mengadakan aktivitas. Tetapi bila diamati secara seksama, di dalam tubuhnya terjadi kegiatan yang luar biasa, di mana flagella dari sel-sel choanocyt giat mengadakan gerak penyapuan untuk menimbulkan aliran air, aliran yang mempunyai arti yang sangat vital bagi kelangsungan hidupnya. Fungsi utama aliran air ini ialah sebagai sarana dalam penyelenggaraan pertukaran zat dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan sbaliknya. Adapun  zat yang dipertukarkan adalah partikel-partikel makanan dan oksigen, zat-zat sisa metabolisme dan CO2.
Di samping itu aliran air terutama dari daerah internal juga berfungsi sebagai sarana dalam pengeluaran benda-benda reproduktif yang erat hubungannya dengan proses perkembangbiakan serta penyebaran generasi. Porifera bersifat holozoik  maupun saprozoik. Makanan Porifera berupa mikroorganisme diatomae, bakteri protozoa, dll serta bahan organic  yang merupakan lapukan atau sisa-sisa tubuh organisme yang telah mati.  Adapun  mekanisme digesti, distribusi, tersebut adalah sebagai berikut:
Bila aliran air yang membawa partikel-partikel makanan itu melewati ruangan  yang bersel choanocyt maka disitu terjadi penyaringan, dimana mikrofili-mikrofili sel leher yang bertugas menyaring material yang dibawa arus aliran air tadi. Selanjutnya partikel-partikel makanan yang dimaksud akan ditangkap oleh sel choanocyt untuk dimasukkan ke dalam daerah internalnya yaitu vakuola makanan. Di dalam vakuola makanan partikel tersebut  dicerna oleh enzim karbohidrase, proteas dan lipase. Selanjutnya dari sel sel choanocyt dipindahkan ke  sel-sel amoebocyt yang berpangkal di dekat sel leher. Oleh sel-sel amoebocyt itu partikel-partikel  makanan akan diedarkan ke seluruh penjuru tubuh. Partikel makanan yang tidak mengalami proses  pencernaan secara tuntas ketika masih di dalam sel leher maka akan dituntaskan proses pencernaannya ketika berada di dalam sel amoebocyt. Zat-zat makanan yang tidak dapat dicernakan baik oleh sel leher  maupun amoebocyt akan ditolak keluar yang selanjutnya diikutkan aliran air di bawa keluar melalui oskulum.
Porifera tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, sehingga system pernafasannya berlangsung secara aerobic. Dalam hal ini yang berfungsi menangkap oksigen yang terlarut di dalam air khususnya di lapisan eksternal tubuhnya ialah sel-sel epidermis (sel pinacocyt), sedangkan pada bagian internalnya/dalam yang bertugas menangkap oksigen adalah sel-sel choanocyt. Selanjutnya oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh penjuru tubuh oleh sel-sel amoebocyt.
Porifera belum memiliki alat khusus untuk mengeluarkan zat-zat sampah  yang  merupakan sisa metabolisme.  Dalam penelitian ternyata zat-zat  sampah yang berupa butir-butir itu dikeluarkan dari daerah internal tubuhnya oleh sel-sel amoebocyt.

5.      Reproduksi Porifera
Porifera berkembang biak secara seksual maupun secara aseksual. Perkembangbiakan secara  aseksual  dilakukan dengan mmbentuk kuncup. Kuncup itu setelah mengalami pertumbuhan ada yang masih tetap melekat pada tubuh induk, sehingga membentuk semacam  koloni ataupun rumpun, tetapi ada juga yang memisahkan diri dengan induk.
Perkembang biakan  secara seksual belum dilakukan dengan alat kelamin khusus. Baik ovum maupun spermatozoidnya berkembang dari sel amoebocyt khusus yang disebut archeocyt. Sel archeocyt ini ditemukan di dalam daerah mesoglea. Terdapat jenis porifera yang bersifat monocious ( hermaprodit) ada yang bersifat diocius ( terpisah ). Bagi yang bersifat hermaphrodit perkawinannya dilakukan secara perkawinan silang, artinya ovum dari porifera yang satu dibuahi oleh spermatozoid Porifera lain. Ovum sebelum dan sesudah dibuahi oleh speermatozid masih tetap tinggal didalam tubuh induknya, yaitu di dalam daerah mesoglea atau mesenchym.  Setelah terjadi pembuahan , maka zigot akan mengadakan proses pembelahan berulang kali membentuk larva yang berambut getar yang disebut amphibllastula, dan amphiblastula ini kemudian akan keluar dari dalam tubuh induknya melalui osculum. Setelah amphiblastula ini tiba di lingkungan eksternal dengan rambut getarnya ia akan dapat menjamin kebutuhan hidupnya ( kaya akan kandungan oksigen dan kaya akan  zat – zat makanan  yang diperlukan ). Bila telah menemukan tempat yang sesuai kemudian melekatkan diri pada suatu objek tertentu dan selanjutnya tubuh  porifera menjadi baru.
Pembentukan butir benih atau gemmulae, ini juga merupakan cara perkembang biakan , terutama dilakukan oleh porifera air tawar. Butir gemmulae sangat tahan terhadap kondisi alam sekitar yang buruk, misalnya habitat yang menjadi kering, kandungan oksigen pada air yang menjadi medianya makin kurang dan lain – lainnya. Bila kolam dimana porifera itu hidup menjadi kering dalam jangka waktu yang lama , akan menyebabkan kematian porifera yang bersangkutan. Walaupun poriferanya telah mati namun butir – butir gemmulae yang ada di dalamnya akan tersebar keluar dari dalam tubuh induknya. Pada kondisi alam sekitarnya yang telah menjadi normal kembali maka sel – sel  archeocyt yang merupakan inti butir gemmulae itu akan  keluar dari dalam kista dan tumbuh menjadi porifera baru.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip3F3t6PRg1no0qzK91OpB9GyOpEPwkUbFAt_eiZ8Yn14nuSZK8dTytYGaEZUQVqAvaUQD7_scOXQgiAF3ShFcmibbGvINasGCZ6qJJPmKPQABHUbqA53tGSDhHRHKiYNlyMrp_0hW5Dc/s400/a4.jpg

6.      Pengaruh Porifera Terhadap Lingkungan
a.       Manfaat Porifera
Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor. Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.
b.      Kerugian Porifera
Secara umum kerugian porifera terhadap manusia sangat kecil, mungkin salah satu contoh kerugian yang ditimbulkan porifera   karena dapat hidup melekat pada kulit tiram sehingga menurunkan kualitas tiram di peternakan tiram.

7.      Klasifikasi Porifera
Berdasarkan bahan pembentuk rangka tubuh, porifera dapat dibedakan menjadi tiga kelas yaitu : 
a.       Calcarea (kapur)
Spikula tersusun atas zat kapur karbonat (CaCO3), hidup di air dangkal dan koanositnya besar. Contoh: Sycon dan Clathrina 
http://satriokelautan.files.wordpress.com/2010/03/acropora_sp011.jpg
b.      Hexactinellida (ujung enam)
Spikula dari zat kersik (silika), hidup di laut dalam. Contoh: Pheronema, Euplectella
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixzvzrkhbAG0ZgZcloysIDtfp6UhlredGWW_e8yFdj9Edst8zca6qhlyZ0BQCLgWZ1kshvo7JTGKjNrGxZk6GUwHthsAjSur-Ee7INQybT-LXDnh-fRwRiNJS2-lbB8AQpkYdIRra91do/s320/porifera.jpg

c.      Demospongia (spons tebal)
Umumnya tidak berangka karena tersusun dari serabut spongin, memiliki saluran air rumit seperti sponge. Contoh: Spongilla, Euspongia molisima, Hypospongia equina
porifera Demospongiae


Berdasarkan  tipe-tipe tubuhnya porifera  dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a.       Tipe Ascon
Mempunyai sistem saluran air sederhana. Air masuk melalui pori yang pendek, lurus ke spongocoel (rongga tubuh) lalu keluar melalui oskulum 
b.      Tipe Sycon
Mempunyai dua tipe saluran air, tetapi hanya radialnya yang mempunyai koanosit. Air masuk melalui pori-pori ke saluran radial yang berdinding koanosit spongocoel keluar melalui oskulum
c.       Tipe Rhagon (Leucon)
Mempunyai saluran air yang paling kompleks/rumit. Porifera ini mempunyai lapisan masoglea yang tebal dengan sistem saluran air bercabang-cabang. Koanosit dibatasi oleh suatu rongga yang bersilia berbentuk bulat.

Tipe Ascon, sycon, leucon


                                                                                                                      


BAB IV
PENUTUP
A.    SIMPULAN
1.      Porifera adalah hewan yang memiliki banyak lubang – lubang kecil atau biasa disebut pori – pori,  tidak memiliki bagian tubuh yang dapat digerakkan, Hewan yang dikenal sebagai hewan spons ini merupakan organisme multiselular. Bentuk tubuh dan warnanya beragam, misalnya, mirip tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip vas bunga, sedangkan warna tubuhny ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah.
2.      Morfologi Porifera
Cirri-ciri morfologi porifera antara lain :
1)      Tubuh umumnya berwarna terang, hijau, kuning jingga, merah dan ungu, jaringan berwarna gelap.
2)      Tubuhnya tersusun atas banyak sel (multisellular)
3)      Tubuh terbentuk agak silinder atau menyerupai vas bunga.
4)      Tubuh bagian luar berpori-pori yang berhubungan dengan suatu ruangan disebelah dalam yang disebut spongocoel.
5)      Tubuh didukung oleh spikula dari kalsium karbonat atau silikat, protein sponging fiber atau kombinasi dari dua yang terakhir.
6)      Tidak ada mulut ataupun alat pencernaan makanan. Pencernaan makanan berlangsung dengan cara intraseluller.
7)      Tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
8)      Berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau  tumbuhan.
3.      Porifera hidup secara heterotrof. Makanan porifera antara lain diatom, protozoa kecil, bakteri dan partikel organik yang mengendap dari permukaan air. Makanan tersebut dicerna secara intraseluler di dalam vakuola.
4.      Spons memperoleh makananya dengan cara menyaring partikel-pertikel makanan yang terbawa arus melewati tubuhnya. Makanan diperoleh dengan cara mengalirkan air melalui ostia (ostium) ke dalam spongiosel. Air digerakkan oleh flagelata yang terdapat pada koanosit. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di pangkal koanosit untuk dicerna.  Bahan makanan yanga sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh sel amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan dibuang keluar tubuh memalui ostium.
5.       Pengaruh Porifera Terhadap Lingkungan
a.       Manfaat Porifera
Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor. Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.
b.      Kerugian Porifera
Secara umum kerugian porifera terhadap manusia sangat kecil, mungkin salah satu contoh kerugian yang ditimbulkan porifera   karena dapat hidup melekat pada kulit tiram sehingga menurunkan kualitas tiram di peternakan tiram.
6.      Klasifikasi Porifera
a.       Kelas Calcarea
Spikula tersusun atas zat kapur karbonat (CaCO3), hidup di air dangkal dan koanositnya besar. Contoh: Sycon dan Clathrina 
b.      Hexactinellida (ujung enam)
Spikula dari zat kersik (silika), hidup di laut dalam. Contoh: Pheronema, Euplectella
c.       Demospongia (spons tebal)
Umumnya tidak berangka karena tersusun dari serabut spongin, memiliki saluran air rumit seperti sponge. Contoh: Spongilla, Euspongia molisima, Hypospongia equine.
B.     Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar lebih banyak mencari literature terkait dengan pembahasan makalah kami ini, yaitu membahas tentang Zoologi Invertebrata “ Phylum Porifera”.