Kamis, 06 Juni 2013

porifera



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Ahli Botani masa lalu, mengelompokkan spons (porifera) ke dalam Kerajaan Plantae karena bentuknya yang bercabang-cabang dan tidak mampu bergerak secara nyata. Spons baru dikelompokkan ke dalam Kingdom Animalia pada tahun 1765, setelah dilakukan penelitian dan pengamatan arus air melalui oskulumnya yang bergerak.
Anggota Filum Porifera disebut dengan sebutan spons. Spons merupakan hewan air yang umumnya hidup di perairan laut dangkal yang bebas polusi. Di dunia, terdapat sekitar 10.000 spesies spons, dan hanya 100 spesies saja yang hidup di perairantawar. Spons dewasa bersifat sesil, hidup menempel pada batu, cangkang kerang, dan permukaan keras lainnya.
Setelah sub Kingdom Protozoa sebagai hewan berseltunggal atau uniseluler, maka hewan – hewan berikutnya tersusun atas banyak sel, maka disebut metazoa. Pada tahap permulaan metazoa hanya sekedar sekelompok sel yang masih cenderung bekerja sendiri – sendiri, baru kemudian pada tahap berikutnya merupakan kesatuan.
Kesatuan itu berkembang menjadi  jaringan -  jaringan dan beberapa macam jaringan membentuk organ. Dalam pembahasan akan dikaji secara berturut – turut dari bentuk yang paling sederhana ke bentuk yang kompleks.
Tubuh porifera masih diorganisasi pada  tingkat seluler , artinya tersusun atas sel – sel yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antar sel satu dengan sel lainnya. Untuk mengetahui lebih banyak tentang porifera akan dibahas lebih lanjut.




B.     Rumusan Masalah.
1.      Apa pengertian porifera ?
2.      Bagaimana habitat porifera ?
3.      Bagaimana cirri-ciri morfologi porifera ?
4.      Bagaimana cirri-ciri fisiologi porifera ?
5.      Bagaimana reproduksi porifera ?
6.      Bagaimana pengaruh porifera terhadap lingkungan ?
7.      Bagaimana klasifikasi porifera ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian porifera.
2.      Mengetahui habitat porifera.
3.      Mengetahui cirri-ciri morfologi porifera.
4.      Mengetahui cirri-ciri fisiologi porifera.
5.      Mengetahui reproduksi porifera.
6.      Mengetahui pengaruh porifera terhadap lingkungan.
7.      Mengetahui klasifikasi porifera.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Porifera berasal dari bahasa latin, porus yang berarti tulang, dan perre yang berarti membawa atau  mempunyai. Porifera adalah salah satu contoh avertebrata. Berdasarkan asal katanya, porifera ini merupakan kelompok hewan yang mempunyai pori. Hewan porifera merupakan hewan multiselular yang paling sederhana. Tubuh porifera terdiri dari dua lapisan sel (diploblastic). Hewan porifera merupakan hewan sessile (hidup melekat pada subrat). Porifera memeliki ukuran bervariasi , yaitu berkisar dari 1 cm -2 m. hewan sederhana ini selama hidupnya menetap dikarang atau permukaan  benda keras lainnya didasar air. Hewan ini tidak mempunyai alat gerak. Bentuk tubuh porifera menyerupai vas bunga atau piala yang melekat pada dasar perairan. Pada epidermis terdapat lubang – lubang kecil yang disebut ostium, merupakan  saluran yang berhubungan dengan rongga tubuh. Lapisan dalam tersusun atas sel-sel berflagel yang disebut koanosit yang bertugas untuk mencerna makanan. Diantara epidermis dan endodermis terdapat lapisan tengah berupa bahan gelatin yang disebiut mesoglea atau  mesenkin. Didalam mesoglea terdapat beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel skleroblas, dan sel arkeosit. Sel amobosit atau amuboit yang berfungsi untuk mengedarkan makanan yang dicerna didalam koanosit. Sel skleroblas berfungsi untuk membentuk duri (spikula) dan spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat atau silikat, sedangkan sponging tersusun dari serabut-serabut sponging  yang  lunak dan  berongga seperti spons. Sel arkeosit berfungsi sebagai sel reproduktif, yaitu membentuk tugas, gamet, dan regenerasi.
Porifera tidak mempunyai saluran pencernaan. Makanan porifera berupa bahan – bahan organic dan organisme  kecil yang masuk bersama air melalui pori-pori tubunya. Makanan ditangkap oleh flagella pada koanosit dan kemudian dicerna secara  intra selular. Zat makanan diedarkan oleh sel-sel amobosit ke sel-sel lainnya, sedangkan sisany dikeluarkan melalui oskulum bersama sirkulasi air. Porifera berkembangbiak secara seksual dan aseksual.


















BAB III
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Porifera
Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler, artinya tersusun atas sel – sel yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antara sel satu dengan sel lainnya. Kata “Porifera” berasal dari kata Latin, pori = lubang – lubang kecil + faro = mengandung,membawa. Kata tersebut menunjukkan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu : memiliki banyak lubang – lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut: Hewan berpori – pori . Bila dibandingkan dengan susunan tubuh protozoa maka susunan tubuh porifera adalah lebih kompleks. Sebab tubuhnya tidak lagi terdiri atas sel, tetapi telah tersusun atas banyak sel. Oleh karena itu beberapa ahli memasukkan Porifaera dalam kelompok hewan metazoan, walaupun dalam tingkat rendah.
Porifera merupakan filum antara Protozoa dan Coelenterata. Kesukaran dalam menghubungkan dengan Metazoa sebenarnya adalah pada sejarah embrional yang khusus. Atas dasar itulah Porifera digolongkan dalam kelompok Parazoa (para = disamping) atau hewan sampingan. Porifera mempunyai  ciri – ciri khusus : (1) Tubuh memiliki banyak pori, yang merupakan awal dari system kanal saluran air yang menghubungkan daerah eksternal; (2) Tubuh tidak dilengkapi dengan  apendiks dan bagian yang dapat digerakkan; (3) Belum memiliki system saluran pencernaan makanan. Sistem pencernaanya berlangsung secara intraseluler. Tubuhnya memiliki penyokong tubuh yang tersusun atas bentuk Kristal dan spikula – spikula atau bahan serabut yang terbuat dari bahan organic.


2.      Habitat dan Cara Hidup Porifera
Pada umumnya phylum Porifera hidup di air laut, yaitu tersebar atau terbentang dari sejak daerah perairan pantai (tide) yang dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km. Familia yang hidup di air tawar biasanya termasuk pada Familia Spongilliade. Fase dewasa bersifat sesil, artinya menetap pada suatu obyek yang keras yang dipakai sebagai tambatan, misalnya batu – batuan, kayu – kayu yang tenggelam di dalam air dan ada juga yang melekat pada cangkok hewan – hewan mollusca. Antara bagian tubuh utamanya dengan tambatan dihubungkan oleh tangkai atau padenkula yang dibagian  proksimal mengadakan pelebaran sebagai bentuk cakram atau bentuk yang menyerupai akar. Bentuk tubuh sangat bervariasi, yaitu ada yang menyerupai kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta, terompet dan lainnya; hewan porifera sebagian besar membentuk koloni yang sering tampak tidak teratur, sehingga tampak seperti tumbuhan. Warna tubuh Porifera bermacam – macam, misalnya berwarna kelabu, kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, cokelat, jingga, hijau dan lain – lainnya. Warna tubuh sering berubah, tergantung tempat sinar. Warna – warna itu diperkuat atau diperlemah warna lain, karena di dalam tubuhnya mengandung ganggang yang memiliki warna juga. Ganggang ini rupanya mengadakan simbiosis dengan Porifera.

3.      Morfologi Porifera
Cirri-ciri morfologi porifera antara lain :
1.      Tubuh umumnya berwarna terang, hijau, kuning jingga, merah dan ungu, jaringan berwarna gelap.
2.      Tubuhnya tersusun atas banyak sel (multisellular)
3.      Tubuh terbentuk agak silinder atau menyerupai vas bunga.
4.      Tubuh bagian luar berpori-pori yang berhubungan dengan suatu ruangan disebelah dalam yang disebut spongocoel.
5.      Tubuh didukung oleh spikula dari kalsium karbonat atau silikat, protein sponging fiber atau kombinasi dari dua yang terakhir.
6.      Tidak ada mulut ataupun alat pencernaan makanan. Pencernaan makanan berlangsung dengan cara intraseluller.
7.      Tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
8.      Berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau  tumbuhan.

4.    Fisiologi Porifera
Fisiologi Porifera meliputi fungsi aliran air, digesti/pencernaan, pernafasan, ekskresi, reproduksi)
Bila dipandang begitu saja porifera ini terlihat seperti benda mati saja yang diam tanpa mengadakan aktivitas. Tetapi bila diamati secara seksama, di dalam tubuhnya terjadi kegiatan yang luar biasa, di mana flagella dari sel-sel choanocyt giat mengadakan gerak penyapuan untuk menimbulkan aliran air, aliran yang mempunyai arti yang sangat vital bagi kelangsungan hidupnya. Fungsi utama aliran air ini ialah sebagai sarana dalam penyelenggaraan pertukaran zat dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan sbaliknya. Adapun  zat yang dipertukarkan adalah partikel-partikel makanan dan oksigen, zat-zat sisa metabolisme dan CO2.
Di samping itu aliran air terutama dari daerah internal juga berfungsi sebagai sarana dalam pengeluaran benda-benda reproduktif yang erat hubungannya dengan proses perkembangbiakan serta penyebaran generasi. Porifera bersifat holozoik  maupun saprozoik. Makanan Porifera berupa mikroorganisme diatomae, bakteri protozoa, dll serta bahan organic  yang merupakan lapukan atau sisa-sisa tubuh organisme yang telah mati.  Adapun  mekanisme digesti, distribusi, tersebut adalah sebagai berikut:
Bila aliran air yang membawa partikel-partikel makanan itu melewati ruangan  yang bersel choanocyt maka disitu terjadi penyaringan, dimana mikrofili-mikrofili sel leher yang bertugas menyaring material yang dibawa arus aliran air tadi. Selanjutnya partikel-partikel makanan yang dimaksud akan ditangkap oleh sel choanocyt untuk dimasukkan ke dalam daerah internalnya yaitu vakuola makanan. Di dalam vakuola makanan partikel tersebut  dicerna oleh enzim karbohidrase, proteas dan lipase. Selanjutnya dari sel sel choanocyt dipindahkan ke  sel-sel amoebocyt yang berpangkal di dekat sel leher. Oleh sel-sel amoebocyt itu partikel-partikel  makanan akan diedarkan ke seluruh penjuru tubuh. Partikel makanan yang tidak mengalami proses  pencernaan secara tuntas ketika masih di dalam sel leher maka akan dituntaskan proses pencernaannya ketika berada di dalam sel amoebocyt. Zat-zat makanan yang tidak dapat dicernakan baik oleh sel leher  maupun amoebocyt akan ditolak keluar yang selanjutnya diikutkan aliran air di bawa keluar melalui oskulum.
Porifera tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, sehingga system pernafasannya berlangsung secara aerobic. Dalam hal ini yang berfungsi menangkap oksigen yang terlarut di dalam air khususnya di lapisan eksternal tubuhnya ialah sel-sel epidermis (sel pinacocyt), sedangkan pada bagian internalnya/dalam yang bertugas menangkap oksigen adalah sel-sel choanocyt. Selanjutnya oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh penjuru tubuh oleh sel-sel amoebocyt.
Porifera belum memiliki alat khusus untuk mengeluarkan zat-zat sampah  yang  merupakan sisa metabolisme.  Dalam penelitian ternyata zat-zat  sampah yang berupa butir-butir itu dikeluarkan dari daerah internal tubuhnya oleh sel-sel amoebocyt.

5.      Reproduksi Porifera
Porifera berkembang biak secara seksual maupun secara aseksual. Perkembangbiakan secara  aseksual  dilakukan dengan mmbentuk kuncup. Kuncup itu setelah mengalami pertumbuhan ada yang masih tetap melekat pada tubuh induk, sehingga membentuk semacam  koloni ataupun rumpun, tetapi ada juga yang memisahkan diri dengan induk.
Perkembang biakan  secara seksual belum dilakukan dengan alat kelamin khusus. Baik ovum maupun spermatozoidnya berkembang dari sel amoebocyt khusus yang disebut archeocyt. Sel archeocyt ini ditemukan di dalam daerah mesoglea. Terdapat jenis porifera yang bersifat monocious ( hermaprodit) ada yang bersifat diocius ( terpisah ). Bagi yang bersifat hermaphrodit perkawinannya dilakukan secara perkawinan silang, artinya ovum dari porifera yang satu dibuahi oleh spermatozoid Porifera lain. Ovum sebelum dan sesudah dibuahi oleh speermatozid masih tetap tinggal didalam tubuh induknya, yaitu di dalam daerah mesoglea atau mesenchym.  Setelah terjadi pembuahan , maka zigot akan mengadakan proses pembelahan berulang kali membentuk larva yang berambut getar yang disebut amphibllastula, dan amphiblastula ini kemudian akan keluar dari dalam tubuh induknya melalui osculum. Setelah amphiblastula ini tiba di lingkungan eksternal dengan rambut getarnya ia akan dapat menjamin kebutuhan hidupnya ( kaya akan kandungan oksigen dan kaya akan  zat – zat makanan  yang diperlukan ). Bila telah menemukan tempat yang sesuai kemudian melekatkan diri pada suatu objek tertentu dan selanjutnya tubuh  porifera menjadi baru.
Pembentukan butir benih atau gemmulae, ini juga merupakan cara perkembang biakan , terutama dilakukan oleh porifera air tawar. Butir gemmulae sangat tahan terhadap kondisi alam sekitar yang buruk, misalnya habitat yang menjadi kering, kandungan oksigen pada air yang menjadi medianya makin kurang dan lain – lainnya. Bila kolam dimana porifera itu hidup menjadi kering dalam jangka waktu yang lama , akan menyebabkan kematian porifera yang bersangkutan. Walaupun poriferanya telah mati namun butir – butir gemmulae yang ada di dalamnya akan tersebar keluar dari dalam tubuh induknya. Pada kondisi alam sekitarnya yang telah menjadi normal kembali maka sel – sel  archeocyt yang merupakan inti butir gemmulae itu akan  keluar dari dalam kista dan tumbuh menjadi porifera baru.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip3F3t6PRg1no0qzK91OpB9GyOpEPwkUbFAt_eiZ8Yn14nuSZK8dTytYGaEZUQVqAvaUQD7_scOXQgiAF3ShFcmibbGvINasGCZ6qJJPmKPQABHUbqA53tGSDhHRHKiYNlyMrp_0hW5Dc/s400/a4.jpg

6.      Pengaruh Porifera Terhadap Lingkungan
a.       Manfaat Porifera
Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor. Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.
b.      Kerugian Porifera
Secara umum kerugian porifera terhadap manusia sangat kecil, mungkin salah satu contoh kerugian yang ditimbulkan porifera   karena dapat hidup melekat pada kulit tiram sehingga menurunkan kualitas tiram di peternakan tiram.

7.      Klasifikasi Porifera
Berdasarkan bahan pembentuk rangka tubuh, porifera dapat dibedakan menjadi tiga kelas yaitu : 
a.       Calcarea (kapur)
Spikula tersusun atas zat kapur karbonat (CaCO3), hidup di air dangkal dan koanositnya besar. Contoh: Sycon dan Clathrina 
http://satriokelautan.files.wordpress.com/2010/03/acropora_sp011.jpg
b.      Hexactinellida (ujung enam)
Spikula dari zat kersik (silika), hidup di laut dalam. Contoh: Pheronema, Euplectella
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixzvzrkhbAG0ZgZcloysIDtfp6UhlredGWW_e8yFdj9Edst8zca6qhlyZ0BQCLgWZ1kshvo7JTGKjNrGxZk6GUwHthsAjSur-Ee7INQybT-LXDnh-fRwRiNJS2-lbB8AQpkYdIRra91do/s320/porifera.jpg

c.      Demospongia (spons tebal)
Umumnya tidak berangka karena tersusun dari serabut spongin, memiliki saluran air rumit seperti sponge. Contoh: Spongilla, Euspongia molisima, Hypospongia equina
porifera Demospongiae


Berdasarkan  tipe-tipe tubuhnya porifera  dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a.       Tipe Ascon
Mempunyai sistem saluran air sederhana. Air masuk melalui pori yang pendek, lurus ke spongocoel (rongga tubuh) lalu keluar melalui oskulum 
b.      Tipe Sycon
Mempunyai dua tipe saluran air, tetapi hanya radialnya yang mempunyai koanosit. Air masuk melalui pori-pori ke saluran radial yang berdinding koanosit spongocoel keluar melalui oskulum
c.       Tipe Rhagon (Leucon)
Mempunyai saluran air yang paling kompleks/rumit. Porifera ini mempunyai lapisan masoglea yang tebal dengan sistem saluran air bercabang-cabang. Koanosit dibatasi oleh suatu rongga yang bersilia berbentuk bulat.

Tipe Ascon, sycon, leucon


                                                                                                                      


BAB IV
PENUTUP
A.    SIMPULAN
1.      Porifera adalah hewan yang memiliki banyak lubang – lubang kecil atau biasa disebut pori – pori,  tidak memiliki bagian tubuh yang dapat digerakkan, Hewan yang dikenal sebagai hewan spons ini merupakan organisme multiselular. Bentuk tubuh dan warnanya beragam, misalnya, mirip tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip vas bunga, sedangkan warna tubuhny ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah.
2.      Morfologi Porifera
Cirri-ciri morfologi porifera antara lain :
1)      Tubuh umumnya berwarna terang, hijau, kuning jingga, merah dan ungu, jaringan berwarna gelap.
2)      Tubuhnya tersusun atas banyak sel (multisellular)
3)      Tubuh terbentuk agak silinder atau menyerupai vas bunga.
4)      Tubuh bagian luar berpori-pori yang berhubungan dengan suatu ruangan disebelah dalam yang disebut spongocoel.
5)      Tubuh didukung oleh spikula dari kalsium karbonat atau silikat, protein sponging fiber atau kombinasi dari dua yang terakhir.
6)      Tidak ada mulut ataupun alat pencernaan makanan. Pencernaan makanan berlangsung dengan cara intraseluller.
7)      Tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
8)      Berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau  tumbuhan.
3.      Porifera hidup secara heterotrof. Makanan porifera antara lain diatom, protozoa kecil, bakteri dan partikel organik yang mengendap dari permukaan air. Makanan tersebut dicerna secara intraseluler di dalam vakuola.
4.      Spons memperoleh makananya dengan cara menyaring partikel-pertikel makanan yang terbawa arus melewati tubuhnya. Makanan diperoleh dengan cara mengalirkan air melalui ostia (ostium) ke dalam spongiosel. Air digerakkan oleh flagelata yang terdapat pada koanosit. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di pangkal koanosit untuk dicerna.  Bahan makanan yanga sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh sel amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan dibuang keluar tubuh memalui ostium.
5.       Pengaruh Porifera Terhadap Lingkungan
a.       Manfaat Porifera
Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor. Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.
b.      Kerugian Porifera
Secara umum kerugian porifera terhadap manusia sangat kecil, mungkin salah satu contoh kerugian yang ditimbulkan porifera   karena dapat hidup melekat pada kulit tiram sehingga menurunkan kualitas tiram di peternakan tiram.
6.      Klasifikasi Porifera
a.       Kelas Calcarea
Spikula tersusun atas zat kapur karbonat (CaCO3), hidup di air dangkal dan koanositnya besar. Contoh: Sycon dan Clathrina 
b.      Hexactinellida (ujung enam)
Spikula dari zat kersik (silika), hidup di laut dalam. Contoh: Pheronema, Euplectella
c.       Demospongia (spons tebal)
Umumnya tidak berangka karena tersusun dari serabut spongin, memiliki saluran air rumit seperti sponge. Contoh: Spongilla, Euspongia molisima, Hypospongia equine.
B.     Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar lebih banyak mencari literature terkait dengan pembahasan makalah kami ini, yaitu membahas tentang Zoologi Invertebrata “ Phylum Porifera”.


1 komentar: